Senin, 23 April 2012

Green Home ala Nadine Zamira

detail berita
Nadine Zamira Sjarif (foto: ist.)
KONSEP green home coba diterapkan Miss Earth Indonesia 2009 Nadine Zamira Sjarif pada huniannya. Tak heran, banyak elemen di rumah ini yang mengadopsi unsur alam. Tak ketinggalan, barang daur ulang pun diterapkan di sini.

Sejak kecil, Nadine memang terbiasa hidup menyatu dengan alam. Di rumahnya yang terletak di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, sarjana hubungan internasional ini menanam banyak jenis pepohonan. Tak hanya hunian yang dibuat green, gaya hidup Nadine pun merefleksikan konsep green yang kini memang tengah digembar-gemborkan oleh banyak pihak. Tak sedikit pula barang di rumah ini dibuat dari material bekas yang didaur ulang.

Dari halaman depan, kesan hijau sudah menyapa. Selain dipenuhi tanaman, di sana juga terdapat lubang biopori. "Air hujan oleh sebagian orang sering disia-siakan. Namun, lain dengan kami. Kami merasa air hujan juga perlu ditabung. Manfaat biopori ini untuk menabung air hujan yang meresap dan masuk ke dalam lubang. Jadi, kami tidak akan kekurangan air jika musim kemarau datang karena sudah punya tabungan air," kata Nadine, yang sepaham dengan keluarganya dalam menerapkan gaya hidup hijau.

Masih di halaman depan, tepatnya di samping kiri garasi, terdapat tempat composting sampah dan penetralan air deterjen menjadi air bersih. "Biasanya sampah kami endap dalam tabung ini hingga terkompos dengan sendirinya. Masa kompos bergantung pada bongkahan sampahnya. Butuh waktu satu bulan jika sampahnya sudah dicacah terlebih dahulu dan dua bulan jika sampah masih berbentuk bongkahan atau belum dicacah," ungkap peraih gelar master dalam bidang studi komunikasi ini.

Mengenai tempat untuk menetralkan deterjen dan air cucian piring, menurut Nadine, sejak dulu sudah ada di rumahnya. "Kebetulan ayahku ahli air dan ibuku ahli tanaman sehingga terbentuklah sistem penetralan air. Sistem ini kami coba-coba sendiri sampai akhirnya jadi seperti sekarang," ujar Nadine. Air bekas cucian ternyata bisa dinetralkan oleh beberapa tanaman yang ditanam di tempat penetralan tersebut.

Misalnya jenis tanaman lancifolia."Tanaman yang ditanam di sini tentu bukan sembarang tanaman karena tidak semua tanaman memiliki fungsi menetralkan deterjen. Air yang tersalur dari dapur langsung diarahkan ke tanaman dan diproses oleh tanamantanaman itu. Kami membuatnya agar tidak mencemari lingkungan sehingga pada saat mengalir ke got, airnya sudah netral.

Air bersih yang dihasilkan juga bisa dipakai untuk tanaman. Malah, tanaman akan tumbuh lebih subur jika memakai air yang di-recycle itu," jelasnya. Rumah keluarga Nadine ini memiliki ruang yang terbuka dan tanpa sekat. Di ruang tamu terdapat meja dan kursi, plus tanaman hias. Di sini juga terdapat lemari kuno dan barang kuno lain. Barang-barang tersebut memiliki nilai history bagi keluarga Nadine, sekaligus antik dan sangat etnis. "Lemari-lemari itu tadinya hanya kayu biasa, lalu kami jadikan lemari.

Kaca lemarinya juga boleh nemu," ujar Karen Tambayong, ibunda Nadine. "Pajangan dan furnitur di sini ada yang didapat dari nenek atau ayah saya,ada juga yang beli di pasar loak atau luar negeri. Gorden, handle pintu, lampu, dan keramik dibuat dari sisa material yang kami sambung jadi satu. Makanya, warna keramik di sini tidak kinclong," lanjut pemilik nursery yang juga arsitek itu.

Cukup banyak barang di bangunan dua lantai ini yang terbuat dari proses recycle, seperti pintu depan, meja makan, dan kursi. Ada juga beberapa barang lama seperti kipas angin zaman dulu dan tempat menanak nasi yang ditaruh di atas lemari TV. Berawal dari keterbatasan biaya, Karen lantas menciptakan kreasi tanpa batas. Karen seolah telah membuktikan kemampuannya melalui tempat tinggalnya.

Hal unik lain di rumah ini terlihat di kamar mandi. Tak seperti kebanyakan orang yang memasang kelambu di kamar tidur, di sini kelambu justru diaplikasikan di kamar mandi, tepatnya di depan pintu kamar mandi. "Kami harus memiliki perbedaan dengan orang lain dan inilah yang dinamakan seni," ujar Karen. Kamar mandi ini juga berkesan etnis. Elemen kedaerahan tercermin dari bak mandi, lampu, kaca, dan bangunan kamar mandi itu sendiri.

"Bak mandi saya bikin seperti gentong karena terinspirasi dari Bali. Lampunya dibuat sedikit remang atau kekuningan. Soal penggunaan kaca tua, karena saya tidak punya cermin, makanya memakai itu. Dinding dan keramiknya pun kami buat dari sisa-sisa tegel," kata Karen. Sementara, dinding rumah ini dikreasikan dengan nuansa warna yang sedikit berbeda.

Warna yang dipilih adalah hijau, yang mampu menciptakan kesan sejuk dan adem. Untuk memberikan nuansa yang berbeda, di sini juga dibuat jalusi. Rumah ini memiliki lantai mezzanine. Lantai yang difungsikan sebagai area bersantai tersebut memanfaatkan sinar matahari secara maksimum dengan dibuatnya ventilasi yang cukup lebar. "Cross ventilation juga dibutuhkan agar sirkulasi udara lancar di ruangan ini," imbuh Nadine.

Sumber : www.property.okezone.com/green-home-ala-nadine-zamira

Cari rumah..?? Propertykita Lebih banyak pilihanya...!!





rumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewa rumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar