Senin, 30 Agustus 2010
Banyak Faktor Pengaruhi Besaran KPR
JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) berada di kisaran 9,5 persen -12 persen. Penentuan besaran suku bunga KPR ini oleh setiap bank tergantung pada struktur biaya dana dan besaran net interest margin (NIM) yang ingin mereka peroleh.
Menurut Irman A. Zahiruddin, Direktur Konsumen Bank Tabungan Negara (BTN), bank tidak menerapkan keuntungan terlalu tinggi, terutama di KPR. "KPR lebih sensitif terhadap kenaikan bunga," kata Irman, Kamis (26/8).
Kepala Divisi Kredit Konsumer Bank Rakyat Indonesia (BRI) Joice F. Rosandi menuturkan, saat menetapkan bunga, perbankan menghitung cost of money, overhead cost, dan NIM. Nah, saat ini bunga KPR jauh lebih baik. Maklum, nasabah makin jeli melihat pasar properti dan memilih bank yang menawarkan bunga rendah. "Jadi, bank tak akan menetapkan bunga asal-asalan," imbuh Joice.
General Manager Divisi Kredit Konsumen Bank BNI Diah Sulianto mengamini. Menurut dia, masyarakat bisa menerima bunga KPR saat ini. Hal ini terlihat dari pertumbuhan nasabah dan KPR. "Di BNI KPR sudah tumbuh 22 persen, dari Rp 9,2 triliun per akhir 2009 menjadi Rp 11,2 triliun per Juni 2010," terang Diah. Adapun suku bunga KPR di BNI kini sekitar 10 persen -12 persen.
Perbankan belum berniat menurunkan bunga KPR dari tingkat saat ini. "Kalau dipaksakan, selain merusak pasar KPR, kredit perumahan bisa mengalami overheating atau pemanasan. Takutnya kredit malah lebih banyak mengalir sektor konsumsi ketimbang sektor riil," papar Joice.
Sebelum krisis moneter tahun 1997-1998, suku bunga KPR sempat di kisaran 7 persen per tahun. Tapi bank merasa, tingkat bunga serendah itu tak bisa diterapkan saat ini. Benar, suku bunga acuan Bank Indonesia alias BI rate kini lumayan rendah, yakni 6,5%. Namun jangan lupa, bank juga harus memasukkan komponen inflasi dalam penentuan suku bunga.
Struktur permodalan
Direktur Konsumen BCA Henry Koenaefi menambahkan, hal lain yang menjadi pertimbangan dalam menentukan bunga KPR adalah permodalan. Soalnya, penyaluran kredit yang tinggi bisa menggerus rasio permodalan (CAR). "Saya pikir, bunga KPR saat ini sedang di posisi paling rendah," tutur Henry.
Tapi, perbankan memperkirakan, sampai akhir tahun bunga KPR akan meningkat. Ada tiga alasan yang mendasari hal itu. Pertama, bank ingin mengurangi kredit. Kedua, pembatasan dana atau NIM yang harus dicapai.
Ketiga, struktur biaya yang berbeda-beda. Ada bank yang bisa mencari dana murah dengan mudah, ada juga yang susah. "Jika biayanya mahal, tentu perbankan tidak bisa memberi kredit murah," kata Irman. (Andri Indradie/KONTAN)
"Masyarakat bisa menerima bunga KPR saat ini. Hal ini terlihat dari pertumbuhan nasabah dan KPR. Di BNI, KPR sudah tumbuh 22 persen, dari Rp 9,2 triliun per akhir 2009 menjadi Rp 11,2 triliun per Juni 2010." -- Diah Sulianto
[Sumber: Dari sini ]
Cari Rumah ?? Gak perlu 123, Hanya KITA Ahlinya :-)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar