Selasa, 05 April 2011

Rahasia Sukses Ciputra: "Wisdom, Integrity, Innovation"



Ciputra adalah mahaguru dalam dunia properti. Ia memulai usaha properti sejak tahun 1961 atau setengah abad yang lalu. Ciputra memulai dari Grup Jaya, tempat ia bermitra dengan Pemda DKI Jakarta. Tahun 1971, Ciputra mendirikan Metropolitan Kencana, bermitra dengan kawan-kawan sekolahnya. Pada tahun 1981, Ciputra membangun Grup Ciputra, perusahaan keluarga, yang dikendalikan anak, menantu, cucu, dan para profesional.

{Untuk bisa berhasil, dibutuhkan tiga hal, yaitu wisdom, integrity, innovation. Integritas hal yang sangat penting karena itu mata uang yang berlaku di mana pun.{
-- Ciputra--

Berikut ini wawancara khusus dengan Dr Ir Ciputra, Presiden Komisaris Grup Ciputra, oleh Robert Adhi Kusumaputra dari Kompas.com, sambil makan siang di kantornya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, didampingi menantunya, Harun Hajadi, dan Direktur Ciputra Tulus Santoso. 

Pak Ciputra selalu sukses membangun di banyak kota dan di mancanegara serta bermitra dengan pihak mana pun. Apa rahasianya Pak Ci?

Partnership.
Waktu memulai usaha, saya bermitra dengan Hasjim Ning. Di Grup Jaya, saya bermitra dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di Metropolitan Land, saya bermitra dengan kawan-kawan kuliah dan kalangan lainnya. Dan di Grup Ciputra, saya bermitra dengan anak, menantu, dan cucu, juga dengan kaum profesional.

Di luar negeri, saya bermitra dengan pengusaha lokal di Vietnam, Kamboja, India, dan China. Di Kamboja, mitra saya seorang jenderal, sekarang sudah pensiun. Demikian pula di banyak kota di Indonesia, kami bermitra dengan pengusaha lokal. Tahun 2011, Grup Ciputra akan membangun di 30 kota di Indonesia. Jadi, partnership sangat penting. Umumnya, mengembangkan usaha dengan mitra berhasil, meskipun sulit.
Untuk bisa berhasil, dibutuhkan tiga hal, yaitu wisdom, integrity, innovation. Integritas hal yang sangat penting karena itu mata uang yang berlaku di mana pun.

Kalau mau berhasil menjadi leader, kita harus bisa menjadi hamba, melayani, dan memberi. Memang ada mitra yang sulit bekerja sama. Namun, kita harus menunjukkan toleransi lebih dahulu sehingga semua persoalan bisa diselesaikan dengan baik. Karena itulah, tak pernah persoalan berlanjut ke pengadilan. Hanya ada satu proyek yang bermasalah, tapi tujuan si penggugat adalah uang. Jadi, setelah dibereskan, semua berjalan baik.

Dan saya membuat 10 perusahaan yang saya dirikan, tujuh di antaranya perusahaan properti, go public, yaitu Jaya Property, Jaya Ancol, Jaya Konstruksi, Metropolitan Kencana, Ciputra Development, Ciputra Property, dan Ciputra Surya. Tiga perusahaan lainnya non-properti, yaitu Metrodata, Grafiti Press, dan Branta Mulia. Tahun 2011, akan tambah dua perusahaan lagi.

Kami membangun rumah, tak pernah meninggalkan di tengah jalan. Target kami menjadi top of mind. Setiap kali orang datang ke sebuah kota, yang diingat adalah perumahan Ciputra. Tahun ini kami menargetkan membangun di 30 kota. Jumlah proyek yang dibangun, jika ditambah dengan Jaya dan Metropolitan, menjadi sekitar 50 proyek.

Di setiap kota yang kami datangi, kami berkomitmen untuk terus membangun. Jadi, kami mengambil dividen 30 persen, lalu 70 persennya kami gunakan untuk re-investasi, membangun kota baru lagi. Selalu begitu. Inovasi dan entrepreneurship (kewairausahaan), serta semangat dan keyakinan, juga sangat penting.
Pak Ci selalu berdoa dan bersyukur untuk segala yang Pak Ci lakukan, berikan, dan dapatkan. Berapa lama Pak Ci menyempatkan diri berdoa?

Kita hidup tidak hanya untuk diberkati, tapi juga memberkati, menjadi berkat bagi banyak orang. Ada orang yang berhemat, tapi uangnya tidak bertambah. Tapi ada orang yang terus memberi, uangnya terus bertambah. Ini tersurat dalam Amsal.

Saya menekuni membaca Alkitab setiap hari, pagi hari saat bangun tidur 45 menit, sedangkan tengah malam, antara 45 menit dan 1 jam. Membaca Alkitab sangat penting karena semua yang kita lakukan terinspirasi dari sana. Misalnya, saya takut berbuat curang karena saya takut kepada Tuhan.

Jadi saya yakin saya sukses karena bimbingan Tuhan. Kalau kita berbuat curang, Roh Kudus akan keluar dari dalam diri kita dan kita akan didiami delapan setan yang baru; mungkin bisa sukses, tapi hanya sementara di dunia.
Selain sibuk berbisnis, apa yang dilakukan Pak Ci melalui perusahaan untuk memajukan bidang lain, seperti pendidikan dan olahraga?

Bagian dari CSR perusahaan, seperti di Jaya, membangun klub bulu tangkis Jaya. Klub ini menyumbang tiga medali emas Olimpiade yang diraih oleh Susi Susanti, Tony-Chandra, dan Hendra-Kido.

Dalam bidang kebudayaan, saya juga mendirikan penerbit Pustaka Jaya bersama sastrawan Ajip Rosidi.
Sampai sekarang saya tetap memerhatikan bidang pendidikan, entrepreneurship, dan seni budaya. Perhatian terhadap seni budaya, saya tuangkan dalam bangunan di kawasan Ciputra World Jakarta, yang saya namakan 'Ciputra Artpreneurship'. Bangunan ini terdiri dari lima bagian, yaitu museum, galeri, ruang pameran, studio, dan performance art. 

Selain itu, di bidang kesehatan, saya membangun rumah sakit Ciputra Hospital. Rumah sakit pertama dibangun di Citra Raya, Cikupa, Tangerang. Setelah ini kami akan membangun rumah sakit di setiap perumahan yang kami bangun di berbagai kota. Saya senang, berhasil dalam bidang sosial. Kami membangun rumah sakit bukan untuk mencari keuntungan, melainkan sebagai pelengkap perumahan kami
.
Grup Ciputra sangat ekspansif. Setiap kali membangun perumahan, selalu laris manis. Apa rahasianya Pak Ci?

Kami melakukan ekspansi dengan equity sehingga prudent. Kami tak punya utang. Kalaupun ada, lima persen dari equity. Mengapa bisa? karena modal kami adalah integritas. Brand dibangun sejak tahun 1961, dan itu tidak mudah. Jadi wajar jika rumah belum dibangun, konsumen sudah membayar. Jadi kami harus menjaga integritas ini agar perusahaan ini sustainable forever.

Grup Ciputra juga kuat dalam inovasi, dan kekuatan inovasi pada konsep. Kami datang ke Hanoi yang belum berkembang. Kami tanya apa yang belum ada di kota ini? Ternyata belum ada kota internasional. Kami minta lahan itu langsung main tunjuk. Mereka tanya saya butuh berapa hektar. Saya jawab semuanya. Mereka pikir saya gila. Saya terangkan lahan seluas 4 hektar berbeda dengan lahan 400 hektar. Jadi, kalau ditanya, saya selalu jawab minta tanah sebanyak mungkin agar dapat mewujudkan konsep yang inovatif, seperti saya membangun Ancol.

Kami datang ke Hanoi di Vietnam, Phnom Penh di Kamboja, ke Shenyang dan Jiashing di China membawa inovasi. Kami bermitra dengan pengusaha setempat. Properti di India kami jual ke pengusaha lokal dengan harga bagus, lalu kami masuk ke China. Jadi kalau sudah tahu jalan, semua menjadi mudah, gampang.

Pak Ci juga dikenal memopulerkan kewirausahaan. Mengapa memiliki jiwa wirausaha sangat penting?

Saya ingin menjadikan Indonesia negara yang memiliki banyak wirausaha. Mengapa? Indonesia sejak lama dijajah. Jadi harus diubah mindset-nya. Mental rakyat Indonesia harus diubah. Jangan hanya jadi pegawai, tapi bagaimana bisa menjadi wirausaha dan menciptakan lapangan kerja.

Dari 250 juta jiwa, setidaknya dibutuhkan 5 juta warga Indonesia menjadi wirausahawan agar ekonomi Indonesia makin kuat. Kita harus mengejar Singapura dan Malaysia.

Kami akan memberi penghargaan kepada Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra sebuah patung yang melambangkan entrepreneurship setinggi 9 meter yang harganya miliaran rupiah. Sebelum SEA Games dimulai November 2011, patung ini sudah dipasang di Palembang. Pak Eddy adalah walikota yang berani mengajak masyarakat kota Palembang untuk berwirausaha, tidak sekadar menjadi pegawai.

Saat ini generasi kedua keluarga Pak Ciputra sudah menunjukkan kemampuan mengelola perusahaan. Bagaimana Pak Ci mempersiapkan generasi ketiga?

Ya, kami membuat family chapter, tapi sudah tiga tahun belum selesai juga. Ini penting agar tidak bertengkar. Pada saatnya, mereka mengambil (tongkat) estafet. Intinya, generasi ketiga keluarga Ciputra pada awalnya harus bekerja di proyek, tidak di kantor pusat.

Seperti Harun, menantu saya, awalnya ia bekerja di CitraLand Surabaya. Dia tinggal di ruko yang juga kantor proyek. Dia tahu A sampai Z urusan proyek. Sekarang, ada satu cucu saya, anak Budiarsa, yang bekerja di Shenyang, China.

Saya mempersiapkan generasi ketiga. Saya punya enam orang cucu, untuk siap menjadi wirausaha. Kelihatan, saat kuliah pun, mereka sepertinya sudah tidak sabaran lagi menjadi wirausahawan, sesuai anjuran saya. Ha-ha-ha.


Bagaimana Pak Ci melihat perkembangan properti di Indonesia saat ini?
Perkembangan properti saat ini seperti deret ukur, melesat cepat. Kalau dulu lebih slow. Kami ke daerah mulai 10 tahun terakhir ini. Kami sudah membangun di kota-kota lapisan ketiga, seperti Tegal. Sekarang kami mencoba mencari lahan di Papua. Di Timika lebih prospektif.

Membangun di daerah memiliki kesulitan lebih tinggi. Kami punya modal, sumber daya manusia yang berkualitas. Kami mengirim orang-orang lama yang sudah berpengalaman untuk memimpin proyek di daerah agar kualitas perumahan Ciputra di mana pun tetap sama.

Di perusahaan ini, ada 22 direktur yang memiliki otoritas penuh. Jadi wajar jika kami mampu membangun di banyak kota. Mereka bekerja dengan delegasi penuh. Jarang ada karyawan yang keluar, dan tidak ada yang korupsi. Ada 12 auditor internal yang memeriksa keuangan kami.

Jadi, apa rahasia Pak Ci selalu sehat dan berpikiran jernih?

Punya keinginan kuat, bersemangat, dan percaya diri, serta ada bimbingan Tuhan. Ini semua karena berkat Tuhan. Saya makan makanan yang sehat, makan sayuran.
Setiap pagi, saya berolah raga taichi setengah jam, kemudian berjalan kaki, dan berenang di kolam renang air panas selama tiga perempat jam. Berolahraga secara tetap dan waitankung. Banyak berdoa dan bermeditasi. Kalau capek, harus berhenti. Jangan dipaksa.
Sampai sekarang saya masih menjadi motivator dan mentor dalam bidang properti dan entrepreneurship. 

 (Robert Adhi Kusumaputra)

[Sumber : http://www.propertykita.com/direct.html?pat12from=DINI&url=http://properti.kompas.com/read/2011/04/01/06342687/Rahasia.Sukses.Ciputra.Wisdom.Integrity.Innovation.
Cari Rumah ?? Gak perlu 123, Hanya KITA Ahlinya  :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar