"Arsitek dari luar Bali datang memberi sentuhan, kemudian lahirlah vila, cottage, butik hotel dan banyak lainnya. Kami tidak mengenal itu. Arsitektur Bali kini semakin jauh dari jati diri dan semangat lokalitas," kata Ketut Rana, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Bali dalam sebuah kesempatan di Bali, Kamis (27/10/2011).
Ketut menuturkan, di Bali memiliki peraturan daerah yang seharusnya dimengerti para arsitek dan pengembang yang ingin membangun di Bali.
"Kami berharap, ada pengkayaan khasanah arsitektur oleh arsitektur dari luar Bali atau luar Indonesia. Kami harap semuanya bertanggung jawab terhadap arsitektur Bali. Kalau kaidah itu hilang, maka tak ada yang mewarisinya," jelasnya.
Menanggapi keprihatinan ini, pada kesempatan yang sama, Ketua IAI Jakarta, Her Pramtama menghimbau agar para arsitek luar Bali yang memiliki proyek di pulau tersebut mau melakukan komunikasi dengan para arsitek setempat.
"Kemungkinan, para arsitek di luar Bali tidak mengerti kaidah dan aturan nonformal di sini. Misalnya, di samping pura tidak boleh ada bangunan dua lantai, karena aturan adat lebih berlaku ketimbang aturan formalnya," ujarnya.
Pramtama menyayangkan, jika kaidah-kaidah seperti ini tidak dipahami para arsitek di luar Bali.
"Ini tanggung jawab dan pekerjaan rumah bersama, yaitu bagaimana semua dapat menjaga semangat lokalitas dan spirit tradisional Bali sehingga tetap terjaga identitas karakternya," kata Her.
Sumber : www.properti.kompas.com/Pesatnya.Properti.Dikhawatirkan.Menggeser.Arsitektur.Bali
Cari rumah..?? Propertykita Lebih banyak pilihanya...!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar