JAKARTA, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) sedang membutuhkan modal jumbo. Selain akan menggelar penerbitan saham baru senilai Rp 2,25 triliun, LPKR juga berencana merilis surat utang baru senilai US$ 100 juta. "Kami memang akan menerbitkan obligasi valuta asing (valas). Tapi belum tahu kapan akan dilakukan," jelas Danang Kemayan Jati, Kepala Bagian Komunikasi Perusahaan Lippo Karawaci.
Lippo Karawaci akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) yang dijadwalkan berlangsung 23 November nanti. Jika pemegang saham menyetujui dua rencana tersebut, LPKR bakal mengantongi dana sekitar Rp 3 trili
Untuk memuluskan kedua agenda tersebut, LPKR akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) yang dijadwalkan berlangsung 23 November nanti. Jika pemegang saham menyetujui dua rencana tersebut, LPKR bakal mengantongi dana sekitar Rp 3 triliun.
Pada bulan Mei kemarin, LPKR sesungguhnya telah merilis obligasi valas senilai US$ 270,60 juta berbunga 9 persen per tahun. Selain digunakan untuk melunasi surat utang lama yang jatuh tempo 2011, obligasi yang diterbitkan anak perusahaan LKPR, Sigma Capital Pte. Ltd., juga dipakai untuk menopang belanja modal LPKR di 2010 sebesar US$ 70 juta -US$ 80 juta.
Beban bunga kian mekar
Akibat, penerbitan obligasi valas yang akan jatuh tempo pada tahun 2015 itu, utang LPKR kian menumpuk. Berdasarkan laporan keuangan LPKR di kuartal III 2010, nilai obligasi yang diterbitkan perseroan mencapai Rp 2,94 triliun, meningkat ketimbang periode sama tahun lalu sebesar Rp 2,42 triliun.
Selain obligasi tadi, LPKR juga memiliki pinjaman perbankan sebesar Rp 504,85 miliar. Jadi, total pinjaman LPKR Rp 3,45 triliun, bertambah 15,83 persen dibandingkan posisi per kuartal III 2009, yaitu Rp 2,98 triliun.
Imbas kenaikan utang mulai dirasakan LPKR. Beban bunga perseroan membengkak dari Rp 15,71 miliar per kuartal III 2009 menjadi Rp 49,01 miliar untuk periode 30 September 2010. LPKR juga masih memiliki beban bunga yang belum dibayar atas obligasi valasnya yang terbit Mei lalu sebesar Rp 89,98 miliar.
Presiden Direktur LPKR Ketut Budi Wijaya kepada KONTAN mengatakan, perseroan memang sedang membutuhkan dana besar untuk membiayai ekspansi ke bisnis rumah sakit. Bahkan, dalam lima tahun ke depan, kebutuhan pendanaan ditaksir mencapai sekitar US$ 1 miliar.
Pada bulan Juli lalu, LPKR sudah memulai pembangunan dua rumah sakit yang berlokasi di Karawaci dan Makassar. Kedua proyek yang ditargetkan selesai dalam satu tahun itu menelan biaya sekitar US$ 20 juta per rumah sakit. "Tahun depan kami akan membangun sekitar 10-15 rumah sakit lagi," tutur Ketut.
Bisnis rumah sakit memang menjadi andalan LPKR untuk mengeruk fulus. Hingga akhir September, divisi healthcare menyumbang pendapatan senilai Rp 759,79 miliar, meningkat 14,20 persen dibandingkan kontribusi di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 665,28 miliar. Kontribusi healthcare itu setara dengan 34% dari total pendapatan LPKR di kuartal III 2010 sebesar Rp 2,22 triliun.
Supriyadi, Analis Asia Kapitalindo Securities berpendapat, rencana LPKR menerbitkan obligasi global senilai US$ 100 juta tidak akan membebani neraca keuangan perseroan. Soalnya, rasio utang terhadap modal (DER) LPKR masih 0,68 kali. "Jadi LPKR masih leluasa untuk menarik utang baru," ujar dia.
Supriyadi menambahkan, rencana LPKR untuk menerbitkan saham baru juga akan semakin memperkecil DER perusahaan LIPPO ini. Ia menilai saham LPKR masih bisa menjangkau level Rp 720 hingga akhir tahun. Pada Senin (18/10), LPKR ditutup seharga Rp 570 per saham.
[Sumber: http://properti.kompas.com/index.php/read/2010/10/19/20522073/Lippo.Karawaci.Terbitkan.Obligasi.100.Juta.Dollar.AS-12]
Cari Rumah ?? Gak perlu 123, Hanya KITA Ahlinya :-)
Pengen punya rumah sendiri? kini bukan hal yang susah. klik DISINI semua jadi mudah !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar