Perumahan vertikal di Singapura (Foto: Nur Januarita B/Okezone)
Seperti dilansir The Strait Times, Rabu (25/7/2012), dalam laporan yang dirilis pekan lalu tersebut menyebutkan, kondisi pasar perumahan di Singapura masih kuat, meski demikian tindakan pendinginan oleh pemerintah setempat cukup membuat kondisi kritis.
Sejauh ini, laporan dari UBS tersebut bertolak belakang dengan analis properti lain. Banyak yang menyebutkan harga rumah di Singapura akan tetap stabil dan meskipun mengalami penurunan tidak akan lebih dari lima persen.
Menurut UBS, penurunan harga rumah tersebut, disebabkan oleh faktor ketidakpastian pertumbuhan ekonomi setempat dan pemberlakuan pajak tambahan untuk pembeli asing yang menyebabkan banyak pembeli dari luar negeri menjauh dan meredam aktivitas penjualan. Penyabab lainnya adalah melambatnya pertumbuhan penduduk karena pemerintah bergerak untuk memperketat undang-undang imigrasi.
UBS juga memprediksi adanya kelebihan suplai perumahan (oversupply) mencapai 140-150 ribu unit yang akan selesai pada 2015 mendatang. Jumlah ini jauh melampaui suplai rumah yang tersedia sepanjang 2000-2011, yakni sebanyak 90 ribu unit.
Namun, prediksi tersebut mendapat bantahan dari pihak pengembang. Di mana, CEO PropNex Realty Mohamed Ismail Gafoor mengatakan, tidak melihat adanya penurunan harga rumah yang signifikan.
"Saya rasa prediksi UBS sifatnya terlalu makro. Saya juga tidak melihat penurunan harga rumah massal hingga lima persen. Indikasinya, saat ini harga tanah hingga Juni berada di atas USD396. Jika harga rumah menurun hingga 10-15 persen, mungkin karena pengaruh krisis keuangan global, yang mempengaruhi kepercayaan investor Singapura," tegas Ismail Gafoor.
Sumber : www.property.okezone.com/harga-rumah-di-singapura-diprediksi-turun-10-15
Cari Rumah Dijual Di Bekasi ??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar