Senin, 29 Oktober 2012

HUNIAN MEWAH: Puncaknya Tahun Ini, Mulai Turun 2013


JAKARTA : Hunian mewah di Jakarta pada 2013 diperkirakan mulai menurun, setelah berkembang pesat pada 2009-2012.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan berdasarkan analisa siklus properti di Indonesia, pada tahun ini siklus properti berada di puncak dan pada tahun depan siklus tersebut mulai menurun.

"Hunian untuk menengah atas sudah berjaya dari 2009 hingga 2012, sekarang sudah over value dan hunian itu yang membeli itu-itu saja. Siklus menurun dalam hal ini bukan berarti harganya akan turun, tetapi hanya akan terkoreksi, naiknya tidak terlalu tinggi lagi," ujarnya dalam pelatihan Property Wealth Management yang diselenggarakan oleh Bisnis Indonesia Learning Center (Bilec) bekerja sama dengan IPW, Selasa (23/10/2012).

Dia menjelaskan saat pasar sudah mulai jenuh dan harga sudah naik cukup tinggi, pemilik hunian tersebut sulit untuk menjual atau menyewakan propertinya.

Namun, lanjutnya, hunian segmen menengah tidak akan terpengaruh siklus properti karena jumlah permintaan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pasokan yang tersdia di pasar. Begitu juga dengan hunian menengah ke bawah yang pasokannya sangat bergantung pada kebijakan yang ditetapkan pemerintah.

Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Setyo Maharso juga mengatakan perlambatan properti akan mulai dirasakan pada akhir 2013 karena adanya siklus 5 tahunan.

"Kondisi industri real estate masih sangat baik hingga awal 2013, setelah itu amplitudonya mulai menurun. Tren 5 tahunan ini biasa terjadi di sektor properti dari tahun 1990-an," kata Setyo.

Sementara itu, pemerhati masalah perumahan Penangian Simanungkalit memperkirakan perlambatan industri properti mulai akan dirasakan pada akhir 2013 sebagai akibat efek psikologi adanya pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden pada 2014.

Namun, hal tersebut hanya terjadi pada hunian segmen menengah atas. Dia menuturkan perlambatan properti pada akhir 2013 terus berlanjut hingga terpilihnya pemimpin baru.

Dia menjelaskan sebagian besar spekulan akan menahan diri untuk membeli properti sampai adanya pemimpin baru, tetapi ini hanya terjadi pada properti segmen menengah atas yang harganya di atas Rp2,5 miliar.

"Pada 2014 karena efek spikologi adanya pemilu, perlambatan properti hanya terjadi di segmen menengah ke atas, porsinya kan sedikit. Properti kelas menengah dan menengah ke bawah yang porsinya jauh lebih besar tidak akan berpengaruh karena permintaannya lebih besar dibandingkan pasokan," kata Panangian.

Dia menambahkan selama BI rate tetap 7,25% sehingga suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) rendah dan pemerintah menjamin tidak akan menghambat perizinan,  industri properti pada 2014 industri tetap tumbuh. Hal itu karena sebagian besar yang bermain properti di Tanah Air membidik segmen menengah dan menengah ke bawah. (bas)


Ingin Jual Rumah  ?? Pasang Iklannya di www.propertykita.com "Lebih Banyak Pilihan"
Follow Us : @Propertykitacom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar