Selasa, 31 Januari 2012

Masih Tawarkan Bunga KPR FLPP Tinggi, BTN Dianggap Manja




Jakarta - Perjanjian Kerja Sama Operasional (PKO) Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) ternyata belum sepenuhnya disepakati antara pemerintah dengan bank pembayar. Meski sudah ada penurunan, namun Kemenpera menganggap bunga yang ditawarkan terlampau tinggi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Bahkan Menteri Perumahan Rakyat, Djan Faridz menganggap Bank Tabungan Negara (BTN) manja, karena menawarkan bunga FLPP paling tinggi dibanding bank pembayar lain seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), atau Bank Negara Indonesia (BNI).

"BTN manja karena dia partner kita (pemerintah) terlalu lama. BTN ngotot tidak turun," kata Djan di gedung DPR-RI, Jakarta, Selasa (31/1/2012).

Pada awal pembahasan PKO FLPP, BTN menawarkan tingkat bunga 8,55%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan BRI 7,5% dan BNI 7,25%. Bunga ini diperhitungkan atas dasar pembebanan biaya bunga, giro wajib minimum, biaya overhead, risiko dan keuntungan.

Bunga semakin bertambah besar karena adanya biaya provisi, appraisal, asuransi jiwa dan kebakaran. Djan Farid pun mengusulkan instrumen asuransi masuk dalam lembaga tersendiri, Askrindo. Bukan lagi masuk dalam biaya perbankan.

"Saya komunikasi dengan Askrindo, dan mereka mau tanggung asuransi kebakaran. Askrindo bebankan ke saya biaya 0,37%," tuturnya.

Dampaknya positif, karena bank pembayar mau menurunkan bunga FLPP. Namun BTN masih menjadi bank yang menawarkan bunga tertinggi. Bunga FLPP BTN hanya turun menjadi 8,22%, kemudian BRI 7,12%, dan BNI 6,35%.

Dengan bunga sementara ini, ilustrasi pembayaran cicilan bagi MBR berada dikisaran Rp 781 ribu-Rp 893 ribu selama 15 tahun. Ilustrasi angsuran ini mengacu pada harga rumah Rp 80 juta, dengan uang muka 10%, dan nilai KPR Rp 72 juta," tuturnya.

Sebelumnya, pemerintah optimis PKO FLPP baru akan ditandatangani awal Februari. Telah terjadi kesepakatan suku bunga baru antara bank pelaksana dengan kementerian perumahan rakyat pada kisaran 6,5%-7%.

"Iya sudah disepakati bunganya sekitar itu, 6,5%-7%," kata Deputi Bidang Perumahan Formal Kemenpera, Pangihutan Marpaung beberapa waktu lalu.

Kesepakatan ini adalah win-win solution antara pemerintah dengan perbankan. Pemerintah awalnya bersikeras menetapkan suku bunga FLPP 5%-6%, meski bank mengaku akan merugi dengan permintaan ini.

Kesepakatan ini kemudian akan disusun, dan menjadi Peraturan Menteri (Permen) yang baru. "Semua lagi disusun, Permen nanti diserahkan ke Kementerian Hukum dan HAM," tegasnya.

Komposisi yang diminta oleh kementerian perumahan rakyat yaitu 50:50, artinya dana FLPP 50% itu disiapkan pemerintah dan dana bank dari pasar 50%. Sehingga perbankan mengaku berat jika menurunkan bunga kredit FLPP dari sebelumnya 8,15% (fixed rate) menjadi 5% atau 6%, kecuali jika pemerintah sanggup bersedia memasang komposisi dana murah FLPP di perbankan dengan komposisi 80%

Bagi pengemebang, bahkan tertundanya program FLPP akan berdampak pada suplai rumah murah yang bakal turun 50%, karena terhentinya proyek perumahan. Ketua DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesa (Apersi) Eddy Ganefo menyesalkan tertundanya FLPP.


Sumber : www.finance.detik.com/masih-tawarkan-bunga-kpr-flpp-tinggi-btn-dianggap-manja

Cari rumah..?? Propertykita Lebih banyak pilihanya...!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar