Selasa, 03 Januari 2012

Riset Menjadikan Bangunan Bermakna

detail berita
foto: rumah karya Mies van der Rohe/ist.
YANG menggelitik benak saya benarkah sebagian arsitek merancang tanpa meriset? Tapi setelah direnungkan boleh jadi, kalau dilihat ada beberapa bangunan mungkin sebagian besar merupakan karya yang hampir sama.

Sungguh disayangkan bila arsitek sebagai desainer bangunan melakukan proses merancang bangunan tanpa meriset lebih dahulu. Disain jadi begitu saja, tanpa tahu dari mana asal bentuk  sehingga tidak bermakna. Lebih pada prinsip ATM (Amati-Tiru-Modifikasi), maaf, saya meminjam istilah ini.

Hasil riset arsitektural sangat bermanfaat bagi arsitek dalam proses merancang sebuah karya arsitektur yang baik. Bisa bermanfaat bagi arsitek lain dalam pengembangan dan pendalaman riset arsitektural sehingga menghasilkan suatu karya arsitektur yang tajam. Alih alih belajar dari kegagalan pengalaman orang lain, itu pun bila ada kesadaran bagi arsitek lain untuk melakukan riset sebelum merancang.

Karya aristektur yang baik tentu merupakan pemikiran tentang fungsi, bentuk, dan makna. Sebuah karya arsitektur tanpa fungsi, seperti seonggok bangunan yang tidak berguna. Pastinya setiap bangunan yang baik memiliki fungsi, terlepas bangunan tersebut dapat berhasil menampung fungsinya dengan baik atau asal ada saja.

Untuk mengakomodir fungsi itu, seorang arsitek tentunya benar benar melakukan riset mengenai fungsi dan perangkatnya termasuk kegiatan pemakai bangunan.

Bentuk yang terjadi adanya riset fungsi. Mengingat lingkungan sekitar bangunan berbeda di setiap titik di muka bumi ini, maka riset terhadap lingkungan pun akan menghasilkan bentuk yang berbeda (form follow function). Bentuk yang sesuai dengan hasil riset, akan memiliki makna. Ruh dari karya arsitektur tersebut muncul dari kedisiplinan dalam melalui tahapan riset.

Arsitek dunia sebagai pakar arsitektur modern, melakukan riset sebelum merancang seperti Frank Lloyd Wright, Le Corbusier, dan Mies van der Rohe. Bahkan Le Corbusier menuangkan risetnya dalam bentuk beberapa buku yaitu: Towards a New Architecture dan The City of Tomorrow.

Merancang tanpa meriset, seperti mencontek. Apakah desain yang mencontek bisa dikatakan sebagai karya arsitektural? Sebuah bangunan disebut karya arsitektur bila bisa "berbicara" terhadap lingkungan, manusia sebagai pemakai bangunan, dan bangunan itu sendiri. Sebuah karya arsitektur yang bisa berkomunikasi dengan alam, seperti karya extraordinary dari Peter Eisenman, yaitu, {figure-ground urbanism}, dengan membenamkan bangunannya ke dalam tanah.
 
Sebuah karya yang merupakan hasil dari sebuah riset yang jempolan. Tapi sayang bentuk seperti ini banyak diadopsi begitu saja oleh arsitek tanpa riset. Tipisnya pemahaman teori arsitektur untuk melakukan sebuah riset, yang menjadikan hasil desain seorang arsitek menjadi garing dan tidak bernyawa. Alangkah sayangnya, bila sudah dengan susah payah sekolah di jurusan arsitektur bila merancang tanpa riset. Pastinya menjadi arsitek tidak semudah membalik tangan.


Sumber  : www.property.okezone.com/riset-menjadikan-bangunan-bermakna

Cari rumah..?? Propertykita Lebih banyak pilihanya...!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar